KUMPULAN PUISI TEMA SIANG
(307 Views) Juni 26, 2024 9:22 am | Published by owner | No comment
Hallo…
Salam literasi….
Kamu sedang mencari puisi tema Siang? Kamu berada di tempat yang paling tepat. Berikut beberapa puisi dengan tema Siang karya anggota Komunitas Dunia Literasi.
Yu baca puisi tema Siang.
“Selamat Siang tak siang”:
Siang turun tanpa izin,
Menyapa bumi dengan malu-malu.
Awan menggumam mantra,
Bersiap melepas tangis.
Aku diriku malu pada awan,
Yang sedang merapal mantra.
Tangisannya pecah,
Membuat aku dirku terdiam.
Belajar senyum kokoh,
Memandang dunia ini.
Siang tak kunjung tiba,
Hari pun enggan berganti.
Gelap menyelimuti,
Seolah malam tak kunjung pergi.
Aku termenung, bingung,
Menunggu siang yang tak kunjung tiba.
Bulir-bulir air mata,
Membasahi bumi nan gersang.
Awan masih terus merapal,
Dalam nada yang menyayat.
Sang hati dunia ini perlahan meredup,
Enggan menyapa dunia.
Seakan ikut menangis,
Atas kesedihan yang melanda.
Angin berhembus lirih,
Membawa kesedihan yang mendalam.
Aku terdiam, merenung,
Menanti siang yang tak kunjung tiba.
Keheningan membelenggu,
Seakan dunia ikut berduka.
Aku menunggu, berharap,
Bahwa siang akan segera tiba.
Namun, siang tetap tak kunjung datang,
Hari pun enggan berganti.
Aku pasrah, menerima,
Bahwa hari ini tak lagi siang.
By nashrulmuminin919
Pada Siang
Oleh : Rolando Tobing
Lantas kau inginkan apa?
Terlelap dalam fatamorgana
Dalam lelah jiwa dibalut luka
Pada siang kau meringkuk
Cahayamu kian membungkuk
Pandang yang semakin menunduk
Pada Siang kau menggelepar
Tekadmu telah lama pudar
Tak ada lagi sang pijar
26 Juni 2024, Lubuk Pakam
Judul: Siang yang Asing
Oleh: Hikmatul Aulia
Terasa sangat sendu sinarnya
Tak lagi mengenal cerita
Tatapan tak lagi sama
Menjauh namun penuh makna
Sangat asing siang ini
Senyuman itu bersembunyi
Tidak satupun peduli
Ambigu menyelimuti diri
Dari terik sinar matahari
Judul: Pengagum Matahari
Oleh: Virisani
Bagaskara bersinar terang.
Memancarkan sinar indah, memayungi bumantara.
Terasa terik, sangat membara.
Bak si jago merah melalap buana.
Aku terdiam.
Memandangi aktivitas orang-orang di bawah dari dalam bangunan.
Mereka sangat gigih, walaupun kulit mereka menghitam terpapar teriknya panas matahari.
Rasa iri, kagum, bercampur menjadi satu.
Andai aku terbebas dari belenggu penyakit, ingin sekali merasakan panasnya mentari.
Selang infus tertancap di tangan kiri.
Selang oksigen terhubung di hidung.
Aku hanya bisa mengagumi.
Tanpa bisa menikmati.
Oh, sang matahari.
Teruslah bersinar, memayungi bumi.
Judul: Siang yang ku nantikan
Oleh.M. Rifki Prasetiya
Pernah aku menanti siang
Tenang dengan ribuan riang
Karna dia janjikan ‘tuk datang
Usir rindu yang kian kerontang
Kubiarkan siang berlalu tanpa lena
Terjaga di antara terik fana
Memaksa letih teriaki sisa daya
Tegakkan puing raga yang tersisa
Ya, aku masih terjaga
Sepanjang siang tanpa ronta
Berharap letih sudi sembunyi hingga senja
Menahan asa ‘tuk mendekap pejam di pelupuk mata
Siangnya Sang Pendosa
Oleh Nabila Najwa
Mentari telah datang
Menyapa seluruh pendosa
Teriknya menusuk tanpa ampun
Merasuki semua yang datang
Bagai dipecut tanpa kata
Terasa perih di jiwa
Siang Hari
Oleh Kania Salsabila
Siang terasa menyengat
Hawa panas menyelimuti Jakarta
Tetapi tiada menyurutkan pekerja di jalan
Tukang bakso
Ojek online
Es keliling
Asap kendaraan mengepul di jalan
Payung dibentangkan kala itu
Untuk berlindung dari panas sang surya
KUMPULAN PUISI TEMA SIANG
“DARAH AWAN”
Waylo
Siang tak siang.
Surya tak acuh pada awan yang tak mau berhenti berdebat sejak tadi. Suasana menggelap karena umpatan-umpatan Awan menutupi wajah Sang Surya.
“Tidak usah sok sibuk, semua tahu kamu hanya diam disitu saja tanpa berbuat apapun,” berujar Surya dengan congkaknya.
Gemuruh awan semakin keras, wajahnya hitam legam. Ia tau, yang justru tak melakukan apapun adalah ia, Surya. Kerjanya hanya bersinar saja.
Dengan mengeluarkan petirnya ia menodong Sang Surya masih dengan wajah garangnya, “Kau selalu ingin jadi pusat segalanya. Dunia tak selalu memutari dirimu”.
Sang Surya memutar tubuhnya, “Aku bisa melakukan semuanya. Kau tidak tahu apa-apa.”
Diujung tombak petirnya Awan semakin marah. Ia mengumpulkan pasukan hitamnya, mengepung Sang Surya. Mereka mengeluarkan aji-aji gelap yang menutupi seluruh Bumi. Gaungan pasukan Awan Hitam tadi semakin keras.
“TURUN SAJA DARI JABATAN MU!”
Perang tumpah, tetes-tetes darah perjuangan turun ke Bumi.
“Apa selanjutnya?” ujar Awan Putih kecil yang melihat seluruh keluarganya tumpah ruah ke Bumi.
Sehabis ini, Surya masih bisa bersinar.
KEHENINGAN SIANG
Penulis : DANA
Terkadang……
Siang pun bisa menjadi gulita
Terkadang…..
Siang pun bisa menjadi kesunyian
Terkadang…..
Mencari keteduhan pun tak bisa digantikan malam
Terkadang…..
Siang pun penuh dengan paradoksnya….
Lamunan Siang
Oleh Gita. P. A. Sitanggang
Apa yang akan terjadi besok?
Apa yang harus dilakukan?
Panas menari-nari di sekitar ku, memberi ilusi di bara api
Angin menyerang panas, memberi diriku ilusi di kesejukan sore
Berfikir mengapa terjadi hal ini
Memikirkan cara menghadapi cuaca di siang ini
Apa yang harus dilakukan?
Bumi dan Sang Surya
Oleh : Debora Marcelina
Entah apa yang terjadi
Namun pada akhir-akhir ini Matahari terasa menyengat
Terutama pada waktu siang
Di tengah kesibukan kota
Bumi terlihat lelah
Dengan banyaknya gas
Gas yang terjebak dalam atmosfer ini
Tak dapat diteruskan ke luar angkasa
Sudah saatnya kita bergerak
Dari bumi dan untuk bumi
Menyelamatkan bumi sebelum hal buruk itu terjadi
Kembalikan bumi menjadi rumah yang nyaman
Judul: Siang kala itu
Oleh: Iftinan FB
Ku termenung dibawah teriknya siang itu.
Ditemani rasa sakit yang membelenggu.
Ku kira diri ini kuat.
Namun nyatanya terjerat.
Andai saja kala itu hanya mimpi.
Bukan realita yang menghantam diri.
Andai kau hanya jembatan untuk ku lewati.
Bukan rumah untuk ku singgahi.
Kipas Angin
Oleh: Res…
Terik matahari begitu menyiksa, membakar kulit.
Kipas angin yang biasanya menjadi teman setiaku pun, menyerah.
Memilih teronggok di pojok ruangan menatapku kepanasan.
Oh kipas angin, kenapa kau memilih menyerah?
Apa salahku?
Ah, ternyata aku yang lupa.
Sekarang mati listrik.
Siangku
Febhy Syafri
Siang ini,
Matahari mulai nampak,
Teriknya menyapu bumi,
Namun anehnya, ada satu bagian didalam diriku yang tetap teduh.
Siang ini,
Kulihat, tidak begitu banyak manusia di luar sana,
Katanya panas,
Namun anehnya, aku tetap merasa sejuk.
Siang ini,
Aku tidak lagi mendengar kicauan burung.
Namun anehnya, selalu ada suara-suara didalam telingaku.
Kusentuh nadiku,
Terasa biasa saja.
Kusentuh dadaku,
Rasanya tidak biasa,
Ada debar yang tidak teratur didalam sana,
Teleponku berdering,
Ada satu nama yang tertulis disana,
Senyum kecil menghiasi bibirku,
Oh rupanya, aku sedang jatuh cinta.
Siang yang sakit
Terik matahari menyinari dunia dengan sinar nya
Membuat seseorang merasa kepanasan
Pepohonan yang membantu meneduhkan
Telah tergantikan dengan seseorang
Matahari yang selalu bersinar di siang hari
Matahari yang membuat ku selalu meneduh di bawah nya
Matahari yang menjadi saksi ku selalu bersamanya
Kukira Tempat ku meneduh yang kini akan bertahan selamanya
Ternyata aku salah menyimpulkanya
Ternyata dia hanya meneduhiku hanya sementara lalu pergi meninggalkanku
Sekarang aku menyadari nya bahwa pohonlah yang setia
Pohonlah yang selalu setia memberikan rantingnya untukku bukuan yang lain
Kini aku akan terus merawat nya agar selalu memberikan tempat yang teduh bagi semua orang
By Rafael
Dalam Pelukan kelembutan siang
Vidiaa, @vdiaa_
Di bawah sinar Bumantara yang terang,
Ku renungi hidup di siang yang cerah.
Namun dalam hati, terasa kesedihan terpendam,
Seperti bayangan kelabu di balik sinar.
Sansara, sangkar dunia yang tak berujung,
Menyelimuti jiwa dalam kehampaan.
Seperti angin sepoi yang berlalu begitu saja,
Ku rasakan pilu dalam setiap hela nafas.
Namun, di tengah duka yang menghampiri,
Ada harapan tersembunyi di balik awan kelabu.
Ku temukan kekuatan dalam kelembutan siang,
Untuk meneruskan perjalanan menuju kebahagiaan.
Dalam pelukan cahaya Bumantara yang hangat,
Ku temukan ketenangan dan kedamaian.
Meski kata Sanskerta menggambarkan kesedihan,
Siang tetaplah waktu untuk memulai kembali.
Hingga akhirnya, di siang yang cerah dan terang,
Ku hadapi hidup dengan senyuman di bibir.
Karena dalam setiap kesedihan yang ku alami,
Ada kekuatan yang tumbuh, tak pernah padam.
Lukisan Agung
Oleh Amara Shakila
Siang terik itu
Mengembalikan kesadaranku
Tuhan, apakah itu Engkau?
Yang dari tangan-Mu
Membuat gumpalan awan itu
Melukis langit biru
Menjadikan elok nan agung
Tuhan, apakah itu Engkau?
Yang menggulung ombak pantai
Menjadikan mereka bersirai
Beserta angin yang ramai
Siang terik itu
Tuhan, jika benar itu Engkau
Aku akan selalu mengagumi lukisan-Mu
Dimanapun itu
Lukisan agung-Mu
Langkah di Siang Hari
Ghea Uta
Di tengah panasnya matahari
Seorang perempuan melangkah pelan,
Lorong kampus yang sepi,
Langkah tertatih, beban tugas di punggung.
Impian yang terasa jauh,
Namun gigih ia kejar,
Wajah lelah namun mata bersinar,
Harapan yang tak pernah padam.
Di kamar kecilnya, tubuh merebah,
Buku dan catatan berserakan,
Bayangan masa depan di balik kelopak terpejam,
Semangatnya berkobar, kalahkan panasnya matahari.
Bayang Siang
Oleh : Faza Syahara Solehudin
Di bawah mentari siang yang terik,
Bayang-bayang menari di tepi jalan,
Angin berhembus membawa wangi anggrek,
Menyapa jiwa yang perlahan tenang.
Burung-burung berkicau riang,
Di antara dedaunan yang berkilau,
Mengiringi langkah kaki yang pelan,
Mencari teduh di bawah rindang.
Siang yang cerah, penuh canda,
Mengisi ruang dengan cahaya lembut,
Menghapus kelam malam yang tersisa,
Menyisakan senyum di setiap sudut.
Di bawah langit biru yang luas,
Siang menorehkan kisah indah,
Menjadi saksi waktu yang terus melaju,
Menyapa hati dengan hangatnya cinta.
Nah itu dia Kumpulan Puisi Tema Siang.
KUMPULAN PUISI TEMA SIANG
Kumpulan Puisi Tema Siang
Puisi tema Siang
Kumpulan Puisi
No comment for KUMPULAN PUISI TEMA SIANG