UMBUL-UMBUL KUSAM : Antoniu Gatung

UMBUL-UMBUL KUSAM

Karya : Antoniu Gatung

Di sana gemerlap, dan aku tahu itu wajar,
Selebrasi ria laksana pujangga menggengam erat bait sajak.
Euphoria, hingga lupa setiap darah tertumpah menumpas kolonial.
Adakah sejenak memanjatkan bait doa?
Bukan untuk memenangkan aneka lomba, namun untuk jasa mereka yang tak ternilai.
Sejenak, aku menatap ke pagar alang, sebuah rumah di ujung jalan.
sepasang umbul-umbul kusam tak lagi berwrna layak.
Berkibar di bawah terik, berayun lambat sebab tak lagi cerah.
Lelaki tua tersenyum lebar, menepuk dada menatap sepasang umbul-umbul usang.
Si tua, tak lagi berdaya untuk berselebrasi memperingati kemerdekaan.
Setkiap raungan pesawat tempur di langit nusantara
Sebuah pertunjukan mewah mewarnai kemerdekaan,
Lelaki tua kembali menepuk dada menatap umbul-umbul usang.
Tidakah kagum hai lelaki tua barisan formasi indah di langit nan cerah?
Bukankah elok dipandang laksana sekawanan rajawali menari ria di cakrawala indah?
Walaupun merdeka itu berarti bebas tanpa tertindas,
Entah mengapa si umbul-umbul usang masih saja cemas memeluk luka tak berdarah.
Oh lelaki tua, ijinkan aku untuk menikmati zamanku.
Bukan bambu runcing, apa lagi senjata nuklir,
Hanyalah jari jemari dari jempol hinggga kelingking terampil bergilir.
Memainkan navigasi bergulir liar menembus jaman dan takdir lalu aku merdeka.