“Jika Rumah Nya Masih Sama, Jangan Lupa Pulang Ya” Enggelina Margaritha Fiah

Jika Rumah Nya Masih Sama, Jangan Lupa Pulang Ya

Oleh Enggelina Margaritha Fiah

Hai,

Aku adalah rumah tanpa penghuni, jika masih tetap aku; tolong kembali

Pada ambang pintu beraroma rindu itu, beberapa kenangan memanggil mu, pulang

Telah kembali Desember untuk kesekian kali, berharap ruangan kosong itu telah membawa pulang tuan rumah nya. Ternyata semakin sendu- semakin tidak terawat- Semakin tak bernyawa untuk disebut rumah. Canda riang debu-debu nakal yang biasanya asik menyambut hari, telah berpindah dan entah kemana. Kosong. Benar-benar kosong.

Seseorang yang nama nya adalah kamu, kemana?

Beberapa tempat singgah nya keren yahh, sampai-sampai untuk ditinggal saja enggan. Ataukah telah kau temukan definisi rumah menurut mu; jika iya, tolong kabari aku ya- setidaknya ku tutup saja pintu nya dulu. Setidaknya nanti bau pengap itu akan mengalahkan aroma mu; bahwa kamu pernah menempatkan bahu dan telinga untuk sekedar melepaskan beberapa kisah pilu. Sekali lagi, jangan lupa kabari aku.

Masih ingatkah kau akan jalan pulang?

Ataukah ada banyak persimpangan jalan yang membinggungkan, sehingga rasa nya usaha mu untuk pulang nampak seperti jalan-jalan di tempat saja. Pada beberapa hal kecil seperti rintik hujan yang tiba-tiba diterbangkan angin, seperti wangi kopi hitam mu yang realitanya begitu pahit; beberpa hal sederhana itu, tolong sisipkan sedikit waktu mu- sedikt saja. Setidaknya untuk mengingat kembali; ada rumah yang menunggu mu pulang

Jika rumah nya masih sama, tolong kembali ya

Seperti beberapa pesan ku yang tak sampai pada mu karena dipantulkan kembali oleh dinding pembatas, kamu harus pulang- beritahu aku sesuatu dulu; tentang aku yang masih menjadi rumah untuk mu- atau tentang rumah baru mu itu, tentang bagaimana rasa nyamannya sehingga si tuan rumah kembali, untuk sekedar singgah, lalu kembali beranjak pergi.